LEMBAR HASIL KERJA
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Judul Praktikum : Pengaruh Unsur-unsur Ekologi Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Nama / NIM : Dian Octarina / 08081004023 Kelompok : VIII
Asisten : Farhan S Tanggal : 25 November 2009
I. TUJUAN
Tujuan praktikum ini adalah :
Untuk mengetahui pengaruh factor-faktor ekologi terhadap pertumbuhan bakteri.
II. LANDASAN TEORI
Setiap maklum hidup keselamatannya sangat tergantung pada keadaan sekitarnya, terlebih-lebih mikroorganisme. Makhluk-makhluk mikroorganisme kokus ini tidak dapat menguasai faktor-faktor luar sepenuhnya sehingga hidupnya sama sekali tergantung pada lingkungan sekitar. Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan diri ialah dengan menyesuaikan diri (adaptasi) terhadap pengaruh faktor luar. Penyesuaian diri dapat terjadi secara cepat serta bersifat sementara waktu, akan tetapi dapat pula perubahan itu bersifat permanen, sehingga mempengaruhi bentuk morfologi serta sifat fisiologi yang turun. Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor tekstur lingkungan, tapi dapat jiga dipengaruhi oleh hal lain dan juga mempengaruhi lingkungan. Misalnya adalah bakteri thernogenesis membutuhkan panas dalam media pada ia tumbuh. Bakteri dapat pula mengubah pH dari medium tampat ia tumbuh. Perubahan ini disebut perubahan secara kimia. Adapun faktor-faktor lingkungan dapat dibagi atas faktor biotik dan faktor abiotik. Faktor-faktor biotik terdiri atas makhluk-makhluk hidup, sedangkan faktor-faktor abiotik adalah faktor berupa benda-benda mati (Dwidjoseputro 1994).
Aktivitas mikroba dipengaruhi oleh lingkungan. Perubahan yang terjadi dalam lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan sifat fisiologi mikrobe. Beberapa golongan mikroba sangat tahan terhadap perubahan lingkungan, sehingga cepat dapat menyesuikan diri. Faktor lingkungan penting artinya dalam usaha mengendalikan kegiatan mikroba, baik untuk kepentingan proses ataupun pengendalian. Kegiatan mikroba, baik untuk kepentingan proses ataupun pengendalian. Lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan mikroba, dapat berbentuk lingkungan abiotik (fisik dan kimia), misalnya temperature, kelembapan, tekanan osmosis, pH senyawa toksik, arus listrik, radiasi, tegangan muka, dan tekanan hidrostatik dan mekanik. Sedangkan lingkungan biotik, yaitu asosiasi dan hama (Suriawiria 2005).
Pertumbuhan dan aktivitas mikroba dapat dikendalikan dengan berbagai cara, baik secara fisik, kimia, biologi. Salah satunya pengendalian aktivitas mikroba adalah dengan mengatur faktor-faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan aktivitas mikroba. Perubahan faktor-faktor lingkungan mengakibatkan perubahan beberapa sifat morfologi dan fisiologi bakteri. Namun demikian, ada beberapa jenis mikro yang mampu menyesuaikan diri dengan linngkungan luar. Bagi mikroba yang demikian biasanya mempunyai sifat toleran dan bersifat resiten terhadap lingkungan baru (Soetarto 1995).
Dalam memilih bahan anti microbial kimiawi ada faktor-faktor yang harus kita perhatikan, yang meliputi sifat bahan yang diberi perlakuan harus serasi dengan bahan yang akan dikenal, tipe mikroorganisme harus dipilih yang telah diketahui efektifnya. Keadaan lingkungan yang meliputi pH, waktu, konsentrasi dan adanya bahan organik, kelompok utama bahan anti microbial kimiawi adalah fenol dan persenyawaan fenolat, alkohol, senyawa-senyawa halogen, detergen dan beberapa macm logam berat dan persenyawaannya. Unsure aldehide, suldanomidem antibiotic, zat warna serta kemosterilisator gas (Schelegel 1994).
Temperatur merupakan salah satu faktor yang penting di dalam kehidupan. Beberapa jenis mikroba dapat hidup pada daerah dengan temperatur luas sedang jenis lainnya. Pada umumnya batas daerah temperature bagi kehidupan microbe terletak antara 0ºC - 50ºC, dan kita kenal ada temperature, minimum, optimum, dan maksimum. Temperatur minimum adalah nilai paling rendah di mana kegiatan microbe dapat berlangsung. Temperatur maksimum adalah temperatur tertinggi yang masih dapat dipergunakan untuk aktivitas mikroba, tetapi pada tingkatan kegiatan fisiologi yang paling minimal, sedangkan tempertur yang paling baik bagi kehidupan dinamakan temperatur optimum (Anonim).
Berdasarkan pada perbedaan jangka suhu pertumbuhan inilah bakteri dapat diklasifikasi dalam tiga golongan menurut sifat-sifat terhadap suhu. Golongan mesofil, golongan psikrofil, dan golongan termofil. Faktor-faktornya juga terdiri dari bahan bentuk gas, jenis dan konsentrasi gas dalam lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme selain jenis-jenis gas yang telah dibicarakan. Tekanan osmosis, peristiwa terjadinya palsmolisis dan plasmoptisis disebabkan karena sel berada dalam lingkungan dengan tekanan osmosis lebih tinggi atau lebih rendah dari tekanan pada dalam sel (isi sel). Pengeringan, keadaan ekstrem dingin, efek ion, efek radiasi terdiri dari inframerah, bila diserap oleh benda yang tidak memantulkannya, energy yang relative rendah di keluarkan sebagai panas, sinar-X, dan sinar matahari (Irianto 2004).
Kondisi lingkungan yang mendukung dapat memacu pertumbuhan dan reproduksi bakteri. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi bakteri adalah suhu, kelembapan, dan cahaya. Berdasarkan kisaran suhu aktivitasnya, bakteri dibagi menjadi 3 golongan, yaitu :
1. Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu antara 0°– 30°C, dengan suhu optimum 15°C.
2. Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu antara 15° – 55°C, dengan suhu optimum 25° – 40°C.
3. Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup di daerah suhu tinggi antara 40° – 75°C, dengan suhu optimum 50 - 65°C
Pada umumnya bakteri memerlukan kelembapan yang cukup tinggi, kira-kira 85%. Pengurangan kadar air dari protoplasma menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti, misalnya pada proses pembekuan dan pengeringan. Cahaya sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan bakteri. Umumnya cahaya merusak sel mikroorganisme yang tidak berklorofil. Sinar ultraviolet dapat menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel yang berakibat menghambat pertumbuhan atau menyebabkan kematian. Pengaruh cahaya terhadap bakteri dapat digunakan sebagai dasar sterilisasi atau pengawetan bahan makanan. Jika keadaan lingkungan tidak menguntungkan seperti suhu tinggi, kekeringan atau zat-zat kimia tertentu, beberapa spesies dari Bacillus yang aerob dan beberapa spesies dari Clostridium yang anaerob dapat mempertahankan diri dengan spora. Spora tersebut dibentuk dalam sel yang disebut endospora. Endospora dibentuk oleh penggumpalan protoplasma yang sedikit sekali mengandung air. Oleh karena itu endospora lebih tahan terhadap keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan dibandingkan dengan bakteri aktif. Apabila keadaan lingkungan membaik kembali, endospora dapat tumbuh menjadi satu sel bakteri biasa. Letak endospora di tengah-tengah sel bakteri atau pada salah satu ujungnya (Anonim).
III. CARA KERJA
1. Pengaruh daya oligodinamik logam berat terhadap pertumbuhan bakteri
Disterilkan uang logam dengan menyemprotkan alkohol
dan kemudian dibakar dengan nyala Bunsen
Diletakkan uang logam yangs teril di bagian tengah
cawan petri
Dimasukkan suspense masing-masing bakteri
(Eschericia coli dan Staphylococus aureus
2. Pengaruh temperature terhadap pertumbuhan bakteri
Diinkubasi Eschericia coli ke medium NA miring
Tabung I di inkubasi dalam incubator pada suhu 37ºC
Tabung II dimasukkan dalam lemari pendingin
IV. HASIL PENGAMATAN
1.
Pengaruh daya oligodinamik logam berat terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococus aureus Eschericia coli
Diameter Uang Logam = 2,8 cm Diameter Uang Logam = 2,8 cm
Zona Bening = 3,5 cm – 2,8 cm Zona Bening = 4,5 cm – 2,8 cm
= 0,7 cm = 1,7 cm
2. Pengaruh temperature terhadap pertumbuhan bakteri
E. coli 37ºC E. coli 4ºC
V. PEMBAHASAN
Pada praktikum pengaruh unsure-unsur ekologi terhadap pertumbuhan bakteri, dilakukan pengamatan terhadap faktor unsure ekologi seperti temperature dan daya oligodinamika. Pada pengaruh suhu ini digunakan dengan membandingkan bakteri E. coli dengan temperatur yang berbeda pada inkubator dan pada lemari es. Dari perbedaan suhu pada kedua tempat, mnghasilkan perbedaan, yakni pada inkubator diperoleh hasil yang tampak lebih rata dibandingkan dengan yang diletakkan pada lemari es. Hal ini sesuai dengan pendapat Irianto (2006) bahwa suhu merupakan faktor terpenting dalam memperngaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Pada suhu yang lebih rendah umumnya akan memperlambat proses metebolisme seluler, sedangkan suhu yang lebih tinggi mampu meningkatkan taraf kegiatan pada sel.
Pengaruh daya oligodinamika logam berat terhadap pertumbuhan bakteri, pada cawan nampak zona bening yang terdapat mengelilingi disekitar uang logam. Zona bening pada E. coli tampak lebih bening dibandingkan pada bakteri S. aureus. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim bahwa Zona bening pada oligodinamika logam berat terhadap pertumbuhan bakteri tersebut dibentuk oleh karena adanya ion-ion logam berat dari uang logam pada kadar yang sangat rendah, yang bersifat toksis terhadap mikrobia. Ion-ion tersebut dapat bereaksi dengan sel dalam memenuhi persyaratan statistika. Zona bening adalah zona di mana tidak ditumbuhi bakteri atau mikroorganisme.
Pertumbuhan bakteri merupakan pertambahan biomassa pada bakteri tersebut. Dalam pertumbuhannya, bakteri dipengaruhi beberapa faktor yang mampu merangsang atau mempercepat dan dapat pula menghambat pertumbuhan bakteri tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Dwidjosepoetro (1994) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah faktor abiotik dan faktor biotik. Faktor abiotik terdiri atas temperature, pH, tekanan osmose, kelembapan, sinar gelombang pendek, tegangan muka, dan daya oligodinamika. Sedangkan faktor biotik adalah simbiose, sinergisme, dan juga antibiosa.
Pada logam berat, terdapat konsentrasi, di mana bila logam berat yang memiliki konsentrasi rendah, mampu menghambat bahkan mematikan pertumbuhan bakteri. Hal ini sesuai dengan pendapat Lay (1994 ) bahwa beberapa logam berat pada konsentrasi rendah memiliki kemampuan untuk mematikan bakteri. Kemampuan ini disebut dengan daya oligodinamik. Peningkatan logam berat oleh sel bakteri disebabkan karena afinitas protein yang tinggi. Pengaruh akumulasi ion logam berat terdapat juga menyebabkan kematian sel bakteri.
VI. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh faktor abiotik dan faktor biotic.
2. Logam berat memiliki konsentrasi yang rendah dan mampu untuk mematikan bakteri.
3. Zona bening pada bakteri E. coli lebih bening daripada bakteri S. aureus di sekeliling uang logam.
4. Zona bening terbentuk karena adanya pengaruh dari ion-ion logam.
5. Temperatur yang mempengaruhi pertumbuhan terdiri dari temperatur minimum, temperatur maksimum dan temperatur optimum.
0 komentar:
Posting Komentar