LEMBAR HASIL KERJA
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Judul Praktikum : Desinfeksi dan Desinfektan
Nama / NIM : Dian Octarina/08081004023
Kelompok : VIII
Asisten : Farhan Syahdi
Tanggal :18 Nopember 2009Asisten : Farhan Syahdi
I. TUJUAN
Tujuan praktikum ini adalah :
Mempelajari kegunaan pengecatan untuk mempertinggi kontras antara sel dengan sekelilingnya dan mengamati ciri-ciri tertentu mikroba.
II. LANDASAN TEORI
Pada umumnya yang muda itu kurang daya tahannya terhadap desinfektan daripada bakteri tua yang pekat atau encernya konsentrasi, lamanya berada di bawah pengaruh desinfektan merupakan faktor-faktor yang masuk pertimbangan pula. Kenaikan temperatur yang menambah daya desinfektan. Selanjutnya medium dapat juga menawar daya desinfektan. Susu, plasma darah dan zat-zat lain yang serupa dengan protein sering melindungi bakteri terhadap pengaruh desinfektan tertentu. Desinfeksi adalah usaha untuk memusnahkan mikroorganisme denga menggunakan zat-zat kimia tertentu. Desinfektan adalah zat kimia yang digunakan untuk mendesinfeksi. Istilah desinfeksi dulu dipakai hanya untuk menyatakan usaha untuk memusnahkan kuman yang patogen saja. Usaha desinfeksi dapat bersifat sterilisasi sempurna atau menghambat pertumbuhan mikroba. Hal ini tergantung pada jenis desinfektan, kadar desinfektan.lamanya kontak desinfektan yang diuji dan bahan yang akan di desinfeltan. Jadi pengaruh desinfeksi terhadap mikroorgansime dapat mikrobisoda dan mikrobistatika (Dwidjoseputro 1994 : 87)
Desinfeksi berarti mematikan atau menyingkirkan organisme yang dapat menyebabkan infeksi. Meskipun dengan melakukan desinfeksi dapat tercapai keadaan steril, namun tidak seharusnya terkandung arti sterilisasi. Desinfeksi biasanya dilaksanakan dengan menggunakan zat-zat kimia seperti fenol, formadehide, klor, iodium dan sublimat. Pada umumnya desinfeksi dimaksudkan untuk mematikan sel-sel yang lebih sensitif tetapi bukan spora-spora yang tahan panas. Desinfektan adalah bahan yang digunakan untuk melaksanakan desinfeksi. Seringkali sebagai sinonim digunakan istilah antiseptik, tetapi pengertian desinfeksi dan desinfektan biasanya ditujukan terhadap benda-bendmati, seperti lantai, piring dan pakaian (Iriato 2007 : 75-76).
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat disinfeksi secara kimia adalah rongga atau space yang cukup diantara alat-alat yang akan didisinfeksi, sehingga seluruh permukaan alat-alat tersebut dapat berkontak dengan disinfektan. Sebaiknya disinfektan yang dipakai bersifat membunuh atau disebut juga germiade. Waktu atau lamanya disinfeksi harus tepat, alat-alat yang didisinfeksi jangan diangkat sebelum waktunya. Solusi yang biasa dipakai untuk membunuh spora kuman biasanya bersifat sangat mudah menguap sehingga ventilasi ruangan harus diperhatikan dan juga pengenceran disinfektan harus sesuai dengan yang dianjurkan dan setiap kali harus dibuat pengenceran baru (Staf Pengajar Fakultas Kedokteran UI 1993 : 40).
Nilai suatu zat yang digunakan sebagai desinfektan tergantung pada sejumlah faktor yang boleh dikatakan tidak ada satu pun desinfektan dapat memenuhi seluruhnya. Suatu desinfektan yang ideal seharusnya mempunyai sifat-sifat berikut :
a. Mempunyai efektivitas yang tinggi terhadap sejumlah besar mikroorganisme dalam konsetnrasi sedemikian rendahnya
b. Tidak merusak dan tidak mewarnai bahan-bahan seperti pakaian, bahan-bahan yang terbuat dari logam, bau dan tidak menyengat
c. Tidak hilang keaktifannya oleh bahan-bahan dari luar
d. Merupakan zat penegang permukaan yang baik
e. Stabil dalam penyimpanan
f. Mudah didapat dan tidak mahal
(Irianto 2007 : 81).
Mikrobakteri adalah sejenis kuman yang dapat tahan terhadap beberapa disinfektan, bahkan tidak sedikit yang resisten terhadap antimicro tuberculosis. Penggunaan disinfektan semua benda yang telah terkontaminasi dengan mikrobakteri haruslah disinfektan. Disinfektan adalah suatu bahan yang biasanya adalah zat kimia yang mematikan sel-sel vegetatif dari mikrobia, akan tetapi belum tentu mematikan bentuk-bentuk spora mikrobia penyebab penyakit. Sedangkan disinfeksi adalah suatu proses penghancuran sel-sel vegetatif penyebab infeksi namun tidak selalu mematikn sporanya dan pengendalian mikroorganisme dengan bahan kimia lain, yaitu dengan antiseptik yang merupakan suatu substansi yang dapat melawan infeksi atau mencegah pertumbuhan atau kerja mikroorganisme dengan cara menghancurkan mereka atau menghambat pertumbuhan serta aktivitasnya (Pelczar & Chan 1996 : 140).
Pada umumnya bakteri yang kecil atau masih muda itu kurang daya tahannya terhadap desinfektan dari pada bakteri tua. Pekat encernya konsentrasi, lamanya berada di bawah pengaruh desinfektan, merupakan faktor-faktor dan ciri yang masuk pertimbangan pula. Kenaikan temperature atau suhu menambah daya desinfektan. Selanjutnya, medium dapat juga menawar daya desinfektan. Susu, plasma darah, dan zat-zat yang lain yag serupa protein sering melindungi bakteri terhadap pengaruh desinfektan tertentu (Dwidjoseputro 1998 : 95).
Disinfektan yang telah menunjukkan tanda-tanda kekeruhan atau tanda-tanda pengendapan harus diganti dengan yang baru serta sebaiknya menyediakan hand lotion untuk merawat tangan setelah berkontak dengan disinfektan. Cara pengujian daya disinfektan ada bermacam-macam yaitu tergantung pada sifat dan bentuk disinfektan. Pada umumnya digunakan cara sebagai berikut yaitu pengenceran, cylinder plate method, paperdisk method, dan juga digunakan agar dilution plate method. (Staf Pengajar Fakultas Kedokteran UI 1993 : 40).
Banyak zat kimia dapat menghambat atau mematikan dan membunuh mikroorganisme berkisar dari unsur logam berat seperti perak atau tembaga sampai kepada molekul organic yang komplek seperti persenyawaan ammonium kuartener. Berbagai substansi tersebut menunjukkan efek antimikrobialnya dalam berbagai cara dan terhadap berbagai macam mikroorganisme. Efeknya terhadap permukaan benda atau bahan juga berbeda-beda; ada yang serasi dan ada yang bersifat merusak. (Pelczar 2005 : 486).
III. CARA KERJA
1. Pengujian daya disinfektan terhadap bakteri
Buat biakan tabur masing-masing bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Kemudian setelah padat, tambahkan secara aseptik paperdisk yang telah dicelupkan dalam masing-masing zat kimia. Setelah itu inkubasi selama 48 jam dan amati serta ukur diameter zona bening.
1. Pengujian daya antibiotik
Buat biakan tabur masing-masing bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Kemudian setelah padat dan dingin, tambahkan secara aseptik paperdisk yang telah dicelupkan dalam masing-masing zat antibiotik. Setelah itu inkubasi selama 48 jam dan amati serta ukur diameter zona bening.
IV. HASIL PENGAMATAN
1. Morfologi koloni bakteri pada cawan petri
Desinfektan Pertumbuhan
Staphylococcus aureus Escherichia coli
Alkohol 70 % - -
Betadine - -
Iodium 10 % - -
Formaldehide 3-8 % - -
detergent - -
a. Deskripsi Gambar
1. Pengujian daya disinfektan terhadap bakteri
Staphylococcus aureus Escherichia coli
2. Pengujian daya antibiotik
Staphylococcus aureus Escherichia coli
IV. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini kita melakukan pengujian daya desinfeksi dan antibiotik untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan bakteri. Berbagai macam desinfektan diguankan dalam percobaan ini, baik itu zat kimia maupun antibiotic. Menurut Dwidjoseputro (1994 : 87) desinfeksi adalah usaha untuk memusnahkan mikroorganisme dengan menggunakan zat-zat kimia tertentu. Dalam memusnahkan mikroorganimse itu digunakanlah desinfektan, yaitu zat kimia yang digunakan untuk mendesinfeksi.
Pada pengujian daya desinfekatan, zat-zat kimia yang digunakan terhadap bakteri dengan paper disk, bahan yang digunakan antara lain alcohol 70%, formaldehid 4%, deterjen, yodium, dan betadine. Menurut Volk (1993 : 222), alcohol atau etil alcohol digunakan untuk mendesinfeksi kulit. Konsentrasi alcohol yang paling efektif tergantung pada jumlah kelembapan yang ada. Yodium telah secara luas digunakan untuk desinfeksi kulit dan bersifat germisida terhadap bakteri fungi, spora dan virus. Yodium mungkin pula digunakan untuk mendesinfeksi berbagai barang peralatan dan untuk sterilisasi instrument tertentu. Efek germisida yodium mungkin disebabakan oleh reaksinya dengan asam amino tirosin yang menghalangi fungsi normal enzim yang mengandung tirosin. Formaldehide adalah desinfektan yang baik apabila digunakan sebagai gas. Agen ini sangat efektif di daerah di daerah tertutup sebagai formalin bila dalam larutan cair sekitar 37%. Formaldehid (atau formalin) menghancurkan spora bakteri dan fungi, namun uapnya yang sangat tajam mengganggu penggunaannya. Agen ini digunakan dalam pengawetan specimen latoraratorium dan dapat digunakan dalam desinfeksi sepatu yang membawa fungi pada penyakit kaki karena kutu air. Deterjen meliputi besar agen aktif permukaan. Agen-agen ini biasanya lebih efektif terhadap organisme gram positif daripada gram negative dan kelihatannya mengeluarkan pengaruh desinfeksi dengan perusakan membran dan denaturasi protein. Betadine mempunyai efek antiseptic yang sedang karena kemampuannya mengoksidasi.
Pada percobaan daya antibiotk, bahan-bahan yang digunakan adalah amoxilin dan ciprofloxasin. Menurut Dwidjoseputro (1998 : 103) antibiotic adalah zat-zat yang dihasilkan dalam jumlah sedikit pun mempunyai daya penghambat kegiatan mikroorganisme yang lain. Antibiotic tersebar di alam, dan memegang peranan yang penting dalam mengatur populasi microbe dalam tanah, air, limbah dan kompos. Antibiotika berebda dalam susunan kimia dan cara kerjanya.
Percobaan ini menghasilkan zona bening pada masing-masing cawan yang ada bakterinya, dimana bakteri yang digunakan adalah Stophylococcus aureus dan Eschericia coli. Pada percobaan ini zona bening yang didapat hanya pada uji antibiotic saja. Besar zona bening yang di dapat pada Stophylococcus aureus untuk uji ciprofloxin adalah 3,2 cm dan amoxilin adalah 2,2 cm. Sedangkan zona bening yang dihasilkan pada bakteri Eschericia coli untuk uji ciprofloxin adalah 2 cm dan amoxilin adalah 3 cm. Menurut Lay (1994 : 34) menyatakan bahwa untuk membandingkan kekuatan desinfektan dalam menghambat pertumbuhan bakteri dapat digunakan kertas cakram. Pada metode ini kertas cakram dengan diameter tertentu dibasahi dengan desinfektan lalu dilekatkan dalam lempengan agar yang telah diinokulasikan selama 48 jam. Jika desinfektan menghambat pertumbuhan bakteri, maka akan terlihat daerah jernih atau zona bening di sekitar kertas cakram.
Keaktifan suatu disinfektan bergantung pada lama tidaknya waktu kontak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Volk (1993 : 223) bahwa dalam penggunaan disinfektan keefektifannya bergantung pada waktu kontak. Reaksi-reaksi kimia atau fisika yang akan terjadi memerlukan waktu yang cukup untuk bergabung dan waktu yang diperlukan ini bergantung pada sifat disinfektan, konsentrasi, pH, suhu, dan sifat organisme yang dihadapi dan perlu diperhatikan bahwa sel-sel dalam populasi bakteri memiliki kesensitifan yang berbeda-beda terhadap disinfektan. Pada penggunaan yodium yang berfungsi untuk mendisinfeksi berbagai barang atau peralatan tertentu. Yodium mempunyai kelebihan terhadap klor, terutama dalam hubungannya dengan aktivitasnya pada kisaran pH yang berbeda-beda, karena keasaman atau alkalinitas mempunyai pengaruh yang kurang terhadap keefektifannya.
Menurut Waluyo (2004 : 133), alkohol merupakan zat yang paling efektif dan dapat diandalkan untuk sterilisasi dan desinfeksi. Alkohol mendenaturasi protein dengan jalan dehidrasi dan juga merupakan pelarut lemak. Oleh karena itu, membrane sel akan rusak dan enzim akan dimatikan oleh alcohol.
VI. KESIMPULAN
1. Zona bening yang didapat pada Eschericia coli untuk uji ciprofloxin adalah 2,2 cm dan amoxilin adalah 3 cm
2. Zona bening yang didapat pada Stophylococcus aureus untuk uji ciprofloxin adalah 3,2 cm dan amoxilin adalah 2,2 cm
3. Terbentuknya zona bening karena adanya desinfektan yang menghambat pertumbuhan bakteri
4. Keaktifan suatu disinfektan bergantung pada lama tidaknya waktu kontak
5. Untuk membandingkan kekuatan disinfektan dalam menghambat pertumbuhan bakteri dapat digunakan kertas cakram.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, S. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan . Malang : xii + 205 hlm.
Irianto, K. 2007. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Yrama Widya. Bandung: 256 hlm.
Lay, B. W & Hastomo, S. 1998. Mikrobiologi. Rajawali Press. Jakarta : xxiv + 514 hlm.
Pelczar, J.M & Chan E. 1996. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia Press. Jakarta : vii + 443 hlm.
Staf Pengajar FK UI. 1994. Mikrobiologi Kedokteran. Binarupa Aksara . Jakarta.
Volk, W. 1993. Mikrobiologi Dasar. Erlangga. Jakarta.