Minggu, 10 April 2011

Diposting oleh Ѽ. PooR pRinZa aPpLe .Ѽ di 05.04.00

LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN I
JARINGAN EPITEL





Oleh:


Oleh:
Nama                     : Dian Octarina
NIM                      : 08081004023
Asisten                  : Meika Puspita Sari
Kelompok             : I (Satu)


LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2009


 
ABSTRAK
Praktikum yang berjudul, “Jaringan Epitel” bertujuan untuk untuk mengetahui berbagai macam bentuk dan letak sel penyusun jaringan epitel. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 3 November 2009, pukul 08.30-10.30 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Inderalaya. Alat yang digunakan adalah alat tulis, kertas catatan dan mikroskop. Dan bahan yang digunakan adalah berbagai macam prerparat awetan jaringan epitel, yaitu preparat Gaster Cavia cobaya, kelenjar adrenalin Mus musculus, penampang melintang calun usus besar, dan Uterus Mencit. Adapun hasil yang didapat yaitu gambar berbagai macam bentuk dan letak sel penyusun jaringan epitel. Kesimpulan yang didapat pada praktikum ini yaitu jaringan epitel tersusun dari sel-sel yang sangat rapat.




BAB I
PENDAHULUAN
1.1.    Latar Belakang
Semua kehidupan ditandai dengan tingkat organisasi yang berhirarki. Sel menempati tempat khusus dalam hirarki kehidupan kerana merupakan tingkat organisasi terendah yang dapat hidup mandiri sebagai suatu organisme. Protista, misalnya, memiliki organel terspesialisasi yang melakukan pekerjaan tertentu sehingga mereka dapat mencerna makanan, mendeteksi perubahan lingkungan, mengekskresikan hasil buangan, dan reproduksi semuanya di dalam sebuah sel tunggal. Protista menggambarkan tingkat organisasi seluler, tingkat yang paling sederhana yang mungkin dicapai oleh semua organisme. Organisme multiseluler termasuk hewan, memiliki sel-sel khusus yang mengelompok membentuk jaringan, yang merupakan tingkat struktur dan fungsi yang lebih tinggi. Pada sebagian besar hewan, kombinasi berbagai jaringan membentuk unit fungsional yang disebut organ, dan kumpulan organ yang bekerja bersama-sama akan membentuk sistem organ. Misalnya, sistem pencernaan manusia terdiri atas lambung, usus halus, usus besar, kantung empedu, dan beberapa organ lain, yang masing-masing merupakan kumpulan dari berbagai macam jaringan yang berbeda (Campbell 2004).
Jaringan (tissue) adalah kumpulan sel-sel dengan struktur dan fungsi yang sama. Jenis jaringan yang berbeda memiliki struktur berbeda yang sesuai dengan fungsinya. Suatu jaringan disatukan oleh suatu matriks ekstraseluler lengket yang melapisi sel-sel itu atau menenun mereka bersama-sama manjadi suatu anyaman serat. Sesungguhnya, istilah jaringan (tissue) berasal dari bahasa Latin yang berarti tenunan (Campbell 2004). 
Jaringan epitelium ialah jaringan yang melapisi bagian permukaan tubuh organisme multiseluler, baik permukaan luar maupun permukaan dalam, misalnya pada permukaan mulut, kerongkongan, lambung, usus, paru-paru, yang sesungguhnya ada hubungan dengan permukaan luar. Permukaan-permukaan dalam yang lain, misalnya pada pembuluh-pembuluh darah dan rongga-rongga tubuh, yang meskipun tidak berhubungan dengan permukaan luar, juga dilapisi oleh epitelium oleh karena tetap merupakan permukaan, sel-sel epitel tersusun kompak, tergabung bersama oleh adanya perekat interseluler sehingga menyusun suatu kekuatan dan bagian dasarnya biasanya disokong oleh suatu membran basalis (Radiopoetra 1997).
Jaringan epitel mempunyai dua jenis penyusunan dan dua fungsi. Pertama, mereka dapat tersusun dalam lembaran, setebal satu atau dua lapisan, menutupi permukaan atau melapisi rongga-rongga tubuh untuk membentuk kulit pembungkus atau membran pembatas. Kedua, mereka tersusun berkelompok dalam tali (cord) padat, tubula, atau folikula, yang telah berkembang sebagai cabang dari lembaran epitel dan berfungsi untuk sekresi, penyerapan atau pembuangan. Organisasi sel-sel ini disebut kelenjar. Akan tetapi pemisahan fungsinya tidak sempurna, karena banyak epitel pelapis mempunyai fungsi sekresi maupun pelindung (Bevelander 1988).

1.1.   Tujuan Praktikum 
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui berbagai macam bentuk dan letak sel penyusun jaringan epitel.

 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Epitel adalah jaringan yang terdiri atas sel-sel yang sangat rapat tanpa adanya zat antar sel. Epital adalah avaskular (tidak punya pembuluh darah), tetapi semua epitel tumbuh pada jaringan ikat di bawahnya yang mempunyai pembuluh darah. Epitel dipisahkan dari jaringan ikat yang di bawahnya oleh membran basalis. Antara epitel dan jaringan ikat di bawahnya sering terdapat bentuk kantung-kantung kecil yang dibatasi oleh epitel berisi jaringan ikat dengan pembuluh darah disebut papilla dan istilah epitel berasal dari gambaran (G. epi = diatas, + thele = putting). Epitel membungkus dan membatasi semua permukaan tubuh, baik permukaan luar maupun permukaan dalam (Geneser 1994).
Jaringan epitelium (epithelial tissue) terdapat dalam wujud lapisan-lapisan sel yang terkemas dengan rapat. Jaringan tersebut melindungi bagian luar tubuh dan melapisi organ dan rongga di dalam tubuh. Sel-sel epitelium menyatu dengan erat, dengan sedikit bahan di antara sel-sel tersebut. Pada banyak epitelium, sel-sel tersebut dipatri menjadi satu oleh junction (persambungan) ketat (tight junction). Pengemasan secara ketat ini memungkinkan epitelium berfungsi sebagai suatu rintangan yang melindungi sel dari kerusakan mekanis, serangan mikroorganisme yang menyusup masuk, dan kehilangan cairan. Permukaan bebas pada jaringan epitelium ini terpapar ke udara atau cairan, sementara sel-sel yang berada di bagian dasar rintangan itu melekat ke suatu membran basal (basement membrane), suatu lempengan matriks ekstraseluler yang padat. Para ahli biologi sel menemukan bahwa membran basal memiliki banyak fungsi yang berbeda, seperti membantu mengorganisasikan peristiwa-peristiwa yang berurutan dalam metabolisme sel, menyaring buangan dari darah di dalam ginjal, dan menyediakan jalur perpindahan sel-sel selama perkembangan (Campbell 2004). 
Ada dua kriteria yang digunakan untuk mengelompokkan jaringan epitelium, yaitu jumlah lapisan sel dan bentuk sel pada permukaan bebas. Epitelium sederhana hanya memiliki satu lapis sel sedangkan epitelium berstrata memiliki beberapa lapis sel. Epitelium pseudostrata memiliki satu lapis sel, tetapi penampakannya seperti berstrata karena panjang masing-masing sel tidak sama. Bentuk dari sel epitelium dalam keadaan bebas mungkin bisa kuboid, kolumnar, ataupun skuomosum. Kombinasi lapisan dan bentuk sel akan menimbulkan istilah seperti epitelium sederhana kuboid atau epitelium skuomosum berstrata (Nugroho 2004).
Lapisan-lapisan epitel pembungkus dan pelapis, lepas dari tebal atau fungsinya, mempunyai beberapa sifat yang umum. (1) Sel –selnya mempunyai bentuk yang agak teratur dan tidak banyak mempunyai proses-proses protoplasma yang luas, lembaran-lembaran epitel kebanyakan menempel erat satu sama lain dan terpelihara dalam posisi ini oleh bagian-bagian kusus dari permukaan selnya yang umum dikenal sebagai kompleks sambungan (junction complexes). (2) Antara sel-selnya terdapat sedikit kerangka structural (bahan ekstraselular atau matriks). Bahan matriks yang ada terdiri atas bahan dasar yang tersusun dari mukopolisakarida asam (glikosaminoglikan). (3) Jaringan epitel tidak mempunyai persediaan dari pembuluh darah, dan harus diberi persediaan makanan melalui difusi dari lapisan-lapisan kapiler yang ada di bawahnya. (4) Jaringan-jaringan epitel terikat erat pada jaringan konektif yang terletak di bawahnya oleh selaput tipis yang disebut lamina basal atau membran dasar. (5) Pada epitel dapat diamati banyak sekali gambaran mitosis, dan bila ada mereka merupakan petunjuk tentang adanya pembaharuan sel          (Bevelander 1988). 
Banyak jaringan epitel berfungsi memelihara suatu selisih konsentrasi antara cairan pada satu sisi lembaran selnya dan cairan pada sisi yang lain. Jaringan epitel, menurut susunannya dibedakan menjadi : (1) Epitelium sederhana atau selapis, (2) Epitelium berlapis-lapis, dan (3) Epitelium semu, yaitu susunan sel-sel epitel yang tampaknya berlapis tetapi sesungguhnya selapis, oleh karena semua sel-selnya melekat pada membrane basalis. Menurut fungsinya, jaringan epitelium dapat dibagi menjadi : (1) epitelium protektif, (2) Epitelium sekretoris, (3) Epitelium sensoris. Epitelium protektif berfungsi untuk melindungi tubuh hewan dari gangguan-gangguan lingkungan luarnya dan melindunginya pula terhadap kemungkinan infeksi. Pada avertebrata jaringan ini biasanya terdiri dari satulapis, dan pada vertebrata terrestrial biasanya berlapis-lapis. Epitelium senkretoris berfungsi khusus untuk memproduksi secret yang penting digunakan oleh
seekor binatang. Epitelium sensoris berfungsi untuk menerima rangsangan luar tertentu, terdapat misalnya pada lidah dan hidung manusia (Radiopoetra 1997: 95).
Cirri-ciri utama sel-sel epitel ialah mampu untuk membentuk selubung atau membrane yang melekat. Karena itu, pengkhususan dinding sel terdapat pada dinding lateral sel, yang fungsinya untuk mempertahankan perlekatan dengan sel-sel yang berdekatan. Bentuk permukaan bebas sel juga tampak khusus, tergantung fungsi epitel tertentu. Ujung distal sel menuju kepermukaan bebas sel, hal ini berbeda dengan bagian proksimal yaitu bagian basal, karena itu sel dikatakan mengalami polarisasi. Palritas juga berkaitan dengan letak organel dalam sel. Jadi apparatus golgi biasanya terletak dalam sitoplasma di atas inti yaitu pada sisi menghadap lumen. Polarisasi paling nyata di sel kolumnar atau sel kubis. Sumbu sel merupakan sumbu yang melalui tengah sentromer dan inti. Jadi sumbu sel tegak lurus terhadap membran basalis (Geneser 1994: 120).
Bentuk-bentuk jaringan epitel terdiri dari, epitel selapis, epitel berlapis, dan epitel bertingkat. Epitel selapis terbagi menjadi epitel selapis gepeng, terdiri dari satu lapis saja dan sel berbentuk gepeng, contohnya epitel pada ansa Henle tipis. Epitel selapis kubus terdiri dari satu lapis sel dan sel berbentuk seperti kubus, contohnya epitel pada saluran keluar kelenjar. Epitel selapis silindris terdiri dari satu lapis sel dan selnya berbentuk silindirs (torak), contohnya epitel pada lambung. Epitel berlapis terbagi atas : Epitel berlapis gepeng sebenarnya tidak semuanya berbentuk gepeng. Yang berbentuk gepeng hanya pada sel sebelah atas. Sel pada lapisan terbawah dapat berbentuk silindris, contohnya epitel pada vagina. Epitel berlapis kubis jarang ditemukan pada tubuh, contohnya epitel pada saluran keluar kelenjar. Epitel berlapis silindris jarang ditemukan. Paling banyak terdiri dari dua lapisan saja, contohnya epitel pada konjungtiva palpebra. Epitel transisional, strukturnya mirip epitel berlapis gepeng. Pada lapisan atas terdapat lapisan sel yang berbentuk payung (sel payung). Sel payung dalam keadaan regang akan memipih, misalnya dalam keadaan saluran terisi penuh. Contoh: epitel pada ureter. Epitel bertingkat, bentuknya seperti epitel berlapis. Epitel bertingkat terdiri dari satu lapis sel yang tidak sama tinggi sehingga terlihat seperti berlapis-lapis. Contoh: epitel pada trakea. Epitel selapis silindris terdiri dari satu lapis sel dan selnya berbentuk silindirs (torak), contohnya epitel pada lambung (Anonima 2009: 1).




0 komentar:

Posting Komentar

pRinZa Facebook

 

PooR pRinZa aPpLe Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting