Minggu, 30 Oktober 2011

Lentisel Sambucus javanica

Diposting oleh Ѽ. PooR pRinZa aPpLe .Ѽ di 04.08.00 0 komentar

HASIL PENGAMATAN JARINGAN


Preparat          : Lentisel Sambucus javanica (preparat awetan)
Tujuan             : Melihat modifikasi epidermis berupa lentisel

Klasifikasi       
Divisi         : Spermatophyta
Kelas          : Dycotyledonae
Ordo          : Rubiales
Famili        : Caprifoliaceae
Species      : Sambucus javanica

Gambar hasil
a.   Perbesaran 4 x 10



b.   Perbesaran 10 x 10



Deskripsi
Epidermis dari Sambucus javanica mengalami modifikasi berupa lentisel, di mana epidermis berbentuk rongga-rongga. Lentisel pada batang S. javanica tersusun renggang tepatnya pada epidermis, tampak pula sel pengisi dan sel penutup pada penampang S. javanica tersebut. Lentisel S. javanica terdiri dari sel yang tersusun renggang tak bersuberin yang diakhiri musim tubuh diikuti pembentukan lapisan del suberin yang lebih kompak. Lentisel adalah sebagian periderm yang helogen lebih aktif dari periderm di tempat lain dan menghasilkan jaringan yang berbeda dengan felem dan mengandung ruang antar sel.

Kamis, 27 Oktober 2011

PROTOZOA

Diposting oleh Ѽ. PooR pRinZa aPpLe .Ѽ di 07.28.00 0 komentar

LAPORAN PRAKTIKUM
TAKSONOMI HEWAN
PROTOZOA

 




Oleh:


Oleh:
Nama                     : Dian Octarina
NIM                      : 08081004023
Asisten                  : Sapto Wibowo
Kelompok             : III (Tiga)


LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2010



ABSTRAK
Praktikum yang berjudul “Protozoa” bertujuan untuk mengamati dan mengenal morfologi beberapa spesies anggota filum protozoa yang terdapat di air tawar. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 10 Maret 2010, pukul 08.00-10.30 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Inderalaya. Alat yang digunakan adalah alat kaca objek, kaca penutup, mikroskop, pipet tetes. Sedangkan bahan yang dibutuhkan yaitu air kambang iwak, air kolam, air ledeng, air selokan, air sumur, dan air sungai. Adapun hasil yang didapat yaitu ditemukan spesies Amoeba proteus, Chlamydomonas sp, Euglena viridis, Paramecium caudatum, dan Volvox globator. Kesimpulan yang didapat adalah protozoa merupakan hewan bersel tunggal, berinti sejati (eukariotik) dan tidak memiliki dinding sel, banyak ditemukan di air tawar, bergerak dengan menggunakan 4 tipe organela yaitu flagella, cilia, pseudopodia, dan gerigi undulate.





BAB I
PENDAHULUAN
1.1.    Latar Belakang
Lebih dari sejuta spesies hewan masih hidup saat ini, dan terdapat kemungkinan bahwa setidaknya sejuta organisme baru akan diidentifikasi oleh generasi ahli biologi masa depan. Hewan dikelompokkan ke dalam sekitar 35 filum, namun jumlah sebenarnya bergantung pada perbedaan pandangan para ahli sistematika. Hewan menempati hampir semua lingkungan di Bumi, tetapi anggota terbanyak sebagian besar filum adalah spesies akuatik. Lautan yang kemungkinan merupakan tempat asal mula jenis-jenis hewan pertama, masih merupakan rumah bagi sejumlah besar filum hewan. Fauna air tawar sangatlah banyak, tetapi tidak sekaya keanekaragaman fauna laut (Campbell 2003).
Protozoa disebut sebagai organisasi tingkat protoplasma sebab hewan-hewan ini termasuk di dalam hewan-hewan yang organisasi tubuhnya hanya terdiri dari satu sel saja. Dimana seluruh proses metabolisme demi kelangsungan hidupnya terjadi di dalam protoplasma sel itu sendiri (Radiopoetro 1996).
Protozoa merupakan filum hewan bersel satu yang dapat melakukan reproduksi seksual (generatif) maupun aseksual (vegetatif). Habitat hidupnya adalah tempat yang basah atau berair. Jika kondisi lingkungan tempat hidupnya tidak menguntungkan maka protozoa akan membentuk membran tebal dan kuat yang disebut Kista. Ilmuwan yang pertama kali mempelajari protozoa adalah Anthony van Leeuwenhoek. Protozoa dibagi menjadi 4 kelas berdasarkan alat gerak, yaitu Rhizopoda (Sarcodina) alat geraknya berupa pseudopoda (kaki semu), Flagellata (Mastigophora) alat geraknya berupa nagel (bulu cambuk), Ciliata (Ciliophora) alat gerak berupa silia (rambut getar), dan Sporozoa adalah protozoa yang tidak memiliki alat gerak (Anonima 2010 : 1).
Protozoa membentuk suatu subkerajaan dari kerajaan protista dalam klasifikasi lima kerajaan makhluk-makhluk hidup (Monera, protista, Plantae, Fungi, dan Animalia). Mereka lebih primitive dari hewan. Bagaimanapun kompleks badan-badan mereka dan banyak dari mereka sangat kompleks, semua struktur berbeda tersebut berada di dalam satu sel. Tetapi beberapa protozoa mempunyai stadium di dalam siklus hidupnya di mana tidak ada dinding-dinding sel diantara nukleit, dan beberapa spesies membentuk koloni-koloni yang berenang sebagai satu unit dan berisi organisme-organisme somatic dan reproduktif yang kelihatannya berbeda. Protozoa berukuran mikroskopik, hanya sedikit yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Beberapa flagelata berisi klorofil dan oleh beberapa dianggap sebagai algae, banyak species protozoa yang tidak berwarna, berbeda dari yang hijau karena tidak mempunyai kromator, namun kehilangan kromator itu dapat dibuat secara eksperimental (Radiopoetro 1996).
Sebagai parasit-parasit, protozoa memainkan peran ganda. Malaria masih merupakan penyakit yang paling penting di dunia. Tripanosoma-tripanosoma telah menghalangi pemakaian padang-padang rumput yang luas oleh ternak. Amoeba menyebabkan disentri pada manusia dan koksidia menyebabkannya pada hewan-hewan ternak. Tetapi protozoa yang lain yang memenuhi perut belakang rayap, hampir secara sepenuhnya dapat mencernakan selulosa yang dimakannya, dan memberikan makan dengan limbah dan vahan-bahan mati. Protozoa dalam jumlah yang sangat besar mengeriap (berkerumun) di dalam lumen dan retikulum sapi dan domba dan di dalam sekum dan kolon kuda (Levine 1995).

1.2.   Tujuan Praktikum
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengamati dan mengenal morfologi beberapa spesies anggota filum protozoa yang terdapat di air tawar.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sejak penemuannya oleh Antony Van Leeuwenhoek dalam abad ke delapan belas, sekitar 65000 spesies protozoa telah diuraikan. Mereka praktis terdapat di dalam semua habitat di mana ada kehidupan dan mereka adalah di antara mata rantai- mata rantai pertama sari rantai makanan di mana tergantung semua kehidupan yang lebih tinggi. Jika mengambang di dalam plankton dari lautan tropika, mereka menyebabkan cahaya terang pada gelombang dan baling-baling kapal. Berkembang di lepas pantai-pantai kita, mereka menyebabkan “red tide” (pasang merah) yang mengendap pada tumpukan-tumpukan ikan mati di pantai dan juga ada yang disebut keracunan kepah (remis) yang kadang-kadang menyebabkan orang mati. Mereka terdapat berlimpah-limpah di dalam kolam-kolam dan sungai-sungai kecil, dan di dalam tanah. Peranan mereka dalam pemurnian sampah baru mulai dipahami. Kerangka-kerangkanya menutupi dasar lautan dan membentuk kapur yang kita pakai di dalam ruang-ruang kelas (Levine 1995).
Protozoa biasanya berkisar 10-50 μm, tetapi dapat tumbuh sampai 1 mm, dan mudah dilihat di bawah mikroskop. Mereka bergerak di sekitar dengan cambuk seperti ekor disebut flagela. Mereka sebelumnya jatuh di bawah keluarga Protista. Lebih dari 30.000 jenis telah ditemukan. Protozoa terdapat di seluruh lingkungan berair dan tanah, menduduki berbagai tingkat trophik. Sebagai predator, mereka memangsa uniseluler atau berserabut ganggang, bakteri, dan mikrofungi. Protozoa memainkan peran baik sebagai herbivora dan konsumen di dekomposer link dari rantai makanan. Protozoa juga memainkan peranan penting dalam mengendalikan populasi bakteri dan biomas. Protozoa dapat menyerap makanan melalui membran sel mereka, beberapa, misalnya amoeba, mengelilingi dan menelan makanan itu, dan yang lain lagi memiliki bukaan atau "mulut pori-pori" ke mana mereka menyapu makanan. Semua protozoa yang mencerna makanan di perut mereka seperti kompartemen disebut vakuola (Anonimb 2010 : 1).
Suatu organisme mungkin dapat bersifat amoeboid, flagellate, cryste atau plasmodium. Oleh karena itu, pembagian hewan protozoa dalam kelas didasarkan pada fase yang menonjol dalam siklus hidupnya. Hal ini sangat disebabkan karena ada golongan-golongan tertentu yang selalu bersifat amoeboid, yang lain-lainnya yang selalu cenderung membentuk plasmodia dan golongan-golongan lainnya cenderung membentuk flagellum atau cilia sebagai karakteristiik hidupnya. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka protozoa dapat dibedakan menjadi 5 kelas, yaitu : Rhizopoda (Rhiza = akar,      podium = kaki). Rhizopoda ini juga disebut Sarcodina (Sarcodes berdaging). Rhizopoda merupakan golongan protozoa di mana terutama pada amoeboid yaitu hewan selalu membentuk kaki-kaki (pseudopodia) seperti akar. Pada beberapa fase sering kali timbul flagellum, sedangkan pembentukan cryste sering terjadi (Radiopoetro 1991).
Mycetozoa (Mycetes = jamur, zoion = hewan). Mycetozoa merupakan golongan protozoa terrestrial di mana fase plasmodium merupakan ciri khas dalam hidupnya, pembentukan cryste juga terjadi. Mastigophoda (mastic = cambuk, phorus = mengandung). Mastigophora ini lebih sering dikenal atau disebut flagellate (flagellum = cambuk). Mastigophora merupakan golongan protozoa di mana adanya flagellum adalah ciri khasnya, tapi bentuk-bentuk cryste dan amoeboid sering terjadi. Sporozoa (Spora = benih, zoion = hewan). Sporozoa adalah golongan protozoa yang bersifat parasit. Di mana pada yang dewasa tidak mempunyai alat gerak khusus. Dalam siklus hidupnya membentuk spora. Fase flagella dan amoeboid mungkin juga terjadi, sedangkan fase dengan membentuk cryste hampir tidak ada. Ciliophora (Cillium = rambut, bulu; Phorus = mengandung). Ciliophora adalah golongan protozoa yang bersilia pada waktu mudanya ataau sepanjang hidupnya (Radiopoetro 1991).
Struktur-struktur protozoa tidak disebut organ-organ melainkan organel-organel. Organ-organ terdiri dari sel-sel dan organel-organel adalah bagian-bagian sel yang berdeferensiasi. Protozoa adalah eukaryotic yaitu mempunyai nukleus yang dibungkus oleh suatu membran, yang berlawanan dengan bakteria yang prokaryotik, di mana apparatus nuclear tidak terpisah dari sitoplasma. Protozoa berisi nukleus satu atau lebih dapat terdiri dari berbagai tipe. Dalam protozoa, berbeda dengan siliata nucleus nya vesikuler dan semua nuclei di dalam individu yang sama kelihatan sama. Ada dua tipe nukleus vesikuler. Pada satu tipe ada endosom. Endosom adalah benda yang lebih kurang letaknya central dan menunjukkan reaksi felugen negatif dan karena itu tidak mengandung deoxyribonukleat acid. Kromatinnya yang feulegen positif dan membentuk kromosom, letaknya di antara membran nukleus dan endosom. Tipe nukleus iin ditemukan pada tripanosoma, amoeba parasitik dan fitoflagellata (Levine 1995).
Sebagai komponen dari mikro dan meiofauna, protozoa merupakan sumber makanan penting bagi microinvertebrates. Dengan demikian, peran ekologis protozoa dalam transfer bakteri dan ganggang produksi ke tingkat trophik berurutan adalah penting. Protozoa seperti parasit malaria (Plasmodium spp.), dan Leishmania trypanosomes juga penting sebagai parasit dan symbionts dari hewan multisel. Beberapa protozoa memiliki tahap kehidupan bolak-balik antara tahap proliferatif (misalnya trophozoites) dan kista aktif. Seperti kista, protozoa dapat bertahan hidup kondisi yang sulit, seperti terpapar ke suhu yang ekstrem dan bahan kimia berbahaya, atau waktu lama tanpa akses terhadap nutrisi, air, atau oksigen untuk jangka waktu tertentu. Menjadi spesies parasit kista memungkinkan untuk bertahan hidup di luar tuan rumah, dan memungkinkan mereka transmisi dari satu host ke yang lain. Ketika protozoa adalah dalam bentuk trophozoites (Yunani, tropho = untuk memberi makan), mereka secara aktif memberi makan dan tumbuh. Proses mana protozoa yang mengambil bentuk kista disebut encystation, sedangkan proses mentransformasikan kembali ke trophozoite disebut excystation (Anonimb 2010 : 1).
Rhizopoda yang lebih sering disebut dengan amoeba, semuanya uniseluler dan menggunakan pseudopodia untuk bergerak dan makan. Pseudopodia sebenarnya bisa muncul dari mana saja pada permukaan sel. Ketika amoeba bergerak, amoeba akan menjulurkan pseudopodia dan mengaitkan ujungnya dan kemudian mengeluarkan lebih banyak sitoplasma ke dalam pseudopodia (rhizopoda artinya “kaki yang mirip akar”). Sitoskeleton, yang terdiri dari mikrotubul dan mikrofilamen, berfungsi dalam pergerakan amoeboid. Aktivitas pseudopodia terlihat kacau, akan tetapi sesungguuhnya amoeba menunjukkan pergerakan yang terarah ketika mereka merayap menuju suatu sumber makanan. Beberapa amoeba hidup di dalam suatu cangkang protein yang mereka sekresikan sendiri. Pseudopodia menjulur ke luar melalui suatu lubang yang terdapat pada cangkang, yang pada beberapa spesies dilapisi dengan butiran pasir halus             (Campbell 2003).
Semua anggota kelas Ciliata (8000 jenis) memiliki kelijak sebagai alat gerak, yang juga merupakan organel penangkap makanannya. Pada stadium tertentu perkembangannya mempunyai infraciliary system berupa ciliary basal bodies yang disebut kinetosome, dan pada umumnya punya sitostom (cytostome). Ciri khas kelasnya adalah adanya du atipe inti sel, yaitu makronukleus (berfungsi vegetatif) dan mikronukleus (berfungsi reproduktif). Reproduksi aseksual dengan cara pembelahan transfersal (transverse fission), sedangkan pasa reproduksi seksual terjadi pertukaran inti sel melalui proses konjugasi (conjugation) (Oemarjati 1990).
Semua sporozoa hidup sebagai parasit. Mereka mengambil makanan dengan menyerap nutrien dari inangnya. Mereka tidak mempunyai daya gerak pindah selama sebagian besar hidupnya (kadang-kadang di seluruh hidupnya). Anggota yang paling dikenal dalam filum ini adalah genus Plasmodium. Sporozoa ini menyerang sel darah merah, yang menyebabkan malaria. Penyakit ini memiliki perbedaan yang merugikan sebagai penyebab kematian manusia dalam jumlah lebih besar daripada akibat penyakit menular yang mana pun. Ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk genus Anopheles (Kimball 1992).
Anggota bangsa Coceidiida hidup dalam sel-sel usus halus dan sel darah vertebrata. Sedangkan dari bangsa Gregarinida menjadi parasit hewan avertebrata, terutama dari   filum Annelida dan kelas insecta. Daur hidup anggota kelas Sporozoa komplek dan bervariasi, tetapi umumnya ditandai tiga stadium, yaitu : skizogoni (perbanyakan secara aseksual sesudah menginfeksi inang), gemogoni (pembentukan gamet), dan sporogoni (pembentukan spora di luar inang, stadium efektif) (Oemarjati 1990).




BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.           Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 10 Maret 2010, pukul 08.00-10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Inderalaya.
3.2.           Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah alat kaca objek, kaca penutup, mikroskop,   pipet tetes. Sedangkan bahan yang dibutuhkan yaitu air kambang iwak, air kolam, air ledeng, air selokan, air sumur, dan air sungai.
3.3.           Cara Kerja
Diambil sampel air dengan menggunakan pipet tetes, lalu diteteskan pada kaca objek dan ditutup dengan kaca penutup, kemudian diamati di bawah mikroskop dan diatur penerangan pada mikroskop. Digambar hasil pada lembar kerja dan diberi keterangan spesies protozoa yang ditemukan, ditulis klasifikasi, dicatat perbesaran mikroskop yang dipakai dan dilakukan pencarían spesies yang lain.





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, didapat hasil sebagai berikut:
a.       Amoeba proteus
Klasifikasi
Kingdom      : Animalia
Phylum         : Protozoa
Clasiss          : Sarcodina
Ordo             : Euamoebida
Family          : Ampebidae
Genus           : Amoeba
Spesies         : Amoeba proteus
Keterangan
1.      Pseudopodium
2.      Vakuola makanan
3.      Vakuola kontraktil
4.      Endoplasma
5.      Ektoplasma
6.      Membrane plasma
7.      Nukleus

Deskripsi :
Amoeba proteus hidup di air tawar, air laut, dan tempat-tempat basah.   Amoeba proteus ini merupakan jenis Amoeba yang hidupnya bebas di luar tubuh organisme lain ini. Memiliki alat gerak berupa pseudopodia (kaki semu). Hal ini sesuai dengan pendapat Campbell (2003) bahwa semua Amoeba uniseluler dan menggunakan pseudopodia untuk bergerak dan makan. Pseudopodia sebenarnya bisa muncul dari mana saja pada permukaan sel. Ketika amoeba bergerak, amoeba akan menjulurkan pseudopodia dan mengaitkan ujungnya dan kemudian mengeluarkan lebih banyak sitoplasma ke dalam pseudopodia. Sitoskeleton yang terdiri dari mikrotubul dan mikrofilamen, berfungsi dalam pergerakan amoeboid. Aktivitas pseudopodia terlihat kacau, akan tetapi sesungguuhnya amoeba menunjukkan pergerakan yang terarah ketika mereka merayap menuju suatu sumber makanan.







b.      Chlamydomonas sp
Klasifikasi
Kingdom       : Animalia
Phylum          : Protozoa
Clasiss            : Phytomastigophora
Ordo              : Volvocales
Family            : Chlamydomonadaceae
Genus            : Chlamydomonas
Spesies           : Chlamydomonas sp
Keterangan
1.      Flagella
2.      Contractile vacuole
3.      Cytoplasm
4.      Stigma
5.      Cell wall
6.      Chloroplasts
7.      Starch granules
8.      Pyrenoid
9.      Mitochondrion
10.  Nucleus
11.  Golgi

Deskripsi :
Chlamydomonas sp berbentuk bulat dan memiliki 2 flagella, vakuola kontraktil, sitoplasma, stigma, dinding sel, kloroplas, pirenoid, mitokondia, nucleus dan badan golgi. Chlamydomonas sp berkembang biak dengan cara membelah diri dan konjugasi. Habitatnya di air laut, air payau, dan di tahah. Hal ini sesuai dengan pendapat Fried (1990) bahwa Chlamydomonas sp adalah termasuk dalam Chlorophyta yang khas. Sistem reproduksi (seksual) yang kompleks dan tahap reproduksi aseksual mencirikan kelompok. Memiliki kedua bentuk uniseluler maupun multiseluler. Chlorophyta mungkin adalah nenek moyang kerajaan tumbuhan, ini dikarenakan memiliki cirri seperti tumbuhan yaitu memiliki kloroplast dan dinding sel. Sebagian besar terdapat pada air tawar, tetapi juga terdapat di darat dan di laut. Mereka memakan komponen ganggang lichens, bersatu dengan jamur yang ditemukan di daerah beriklim dingin.






c.       Euglena viridis
Klasifikasi
Kingdom      : Animalia
Phylum         : Protozoa
Clasiss          : Flagella
Ordo             : Euglenoidae
Family          : Mastigophora
Genus           : Euglena
Spesies         : Euglena viridis
Keterangan
1.      Nucleolus
2.      Nucleus
3.      Pellicle
4.      Chloroplasts
5.      Starch granules
6.      Contractile vacuole
7.      Basal granule
8.      Reservoir
9.      Stigma
10.  Cytostome
11.  Flagellum

Deskripsi :
Euglena viridis merupakan protozoa kelas Mastigophora, yang memiliki satu flagella dan tidak memiliki dinding sel. Flagella memungkinkan Euglena viridis untuk bisa bergerak bebas. Hal ini sesuai dengan pendapat Oemarjati (1990) bahwa Euglena viridis merupakan contoh dati genus Euglenoidia, yang memiliki tubuh memanjang, berkromatofor hijau. Memiliki stigma, sitostompelikel tubuhnya bercorak dan mempunyai hanya satu flagella, dan hidup parasitik. Stigma (bintik mata) tersebut berfungsi untuk membedakan antara gelap dan terang, yang terletak di dekat mulut. Euglena viridis mampu membuat makanannya sendiri dan dapat memakan zat-zat organik.







d.      Paramecium caudatum

Klasifikasi
Kingdom      : Animalia
Phylum         : Protozoa
Clasiss          : Cilliata
Ordo             : Hymenostomatida
Family          : Hymenostromatidae
Genus           : Paramecium
Spesies         : Paramecium caudatum
Keterangan
1.       Cilia
2.      Vakuola makanan
3.      Celah mulut
4.      Mulut sel
5.      Mikronukleus
6.      Makronukleus
7.      Pori / lubang anus
8.      Vakuola kontraktil

Deskripsi :
Paramecium caudatum termasuk kelompok Siliata (Chiliophora), di mana di seluruh tubuhnya diliputi oleh silia yang berfungsi sebagai alat geraknya dan mencari makanan. Paramecium caudatum hidup di air tawar, pada tumbuhan yang membusuk yang mengandung banyak zat organik dan bakteri. Hal ini sesuai dengan pedapat Campbell (2003) bahwa Paramecium ditutupi oleh ribuan silia individual. Paramecium terutama memakan bakteri. Barisan silia disepanjangcelah mulut berbentuk corong menggerakkan makanan ke dalam mulut sel, di mana makanan itu ditelan melalui fagositosis. Paramecium seperti protista air tawa lainnya, secara konstan mengambil air masuk ke dalam tubuh melalui osmosis dari lingkungan hipotonik. Vakuola kontraktil yang mirip kantung akan mengakumulasikan kelebihan air itu dari kanal radial dan secara periodik mendorongnya melalui membran plasma dengan cara kontraksi sitoplasma disekitarnya.





e.       Volvox globator

Klasifikasi
Kingdom      : Animalia
Phylum         : Protozoa
Clasiss          : Phytomastigophora
Ordo             : Volvocida
Family          : Volvocidae
Genus           : Volvox
Spesies         : Volvox globator
Keterangan
1.       Chloroplasts
2.      Contractile vacuole
3.      Koloni Volvox
4.      Bintik mata

Deskripsi :
Volvox globator merupakan protozoa kelas Phytomastigophora, yang mana hidup secara membentuk koloni di air tawar. Volvox globator berbentuk bulat dan berukuran kecil. Hal ini sesuai dengan pendapat Oemarjati (1990) bahwa  Volvox globator berhabitat di air tawar dan hidup secara berkoloni. Tiap individu disebut zooid, yang saling berhubungan dengan benang-benang plasmodesmata yang membentuk kompleks koloni bulat yang disebut coenobium. Tiap individu berflagel dua, mempunyai kloroplas besar (pyrenoid) dan mempunyai cadangan pati. Volvox globator bereproduksi secara seksual dan aseksual. Hewan ini tidak mempunyai sitostom (cystostom) ataupun reservoir. Volvox globator berukuran kecil dengan bentuk yang membulat. Kromafor berwarna hijau, beberapa berwarna merah.


BAB V
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Phylum Protozoa dibedakan atas kelas Sarcodina, Flagellata, Sporozoa, dan Silliata.
2.      Amoeba proteus termasuk kelas Sarcodina (Rhizopoda) karena memiliki kaki semu seperti akar
3.      Euglena viridis termasuk flagellata karena memiliki flagela tau bulu cambuk sebagai alat geraknya
4.      Euglena viridis mampu melakukan fotosíntesis maka dikatakan hidup secara fotoautotrof
5.      Paramecium caudatum memiliki sillia diseluruh tubuhnya sehingga termasuk kelas silliata
6.      Volvox globator bereproduksi secara seksual dan aseksual, tiap individu berflagel dua, mempunyai kloroplas besar (pyrenoid)




"maaf, gambar hasil tidak bisa saya   berikan, dikarenakan laporan saya hilang entah kemana... T_T sesuatu yang menyedihkan... terkahir saya menyentuhnya adalah saat hari ujian akhir semester praktikum taksonomi hewan... dan setelah itu, tidak lagi... semua laporan teman saya  ada, sedangkan laporan saya tidak ada... laporan yg penuh perjuangan dalam mengerjakannya... hiks~ T_T  -mengapa ini yang terjadi-
baik modul dan bundel laporan, semua lenyap... saya harap, seseorang yang memegangnya segera mengembalikan... bukan karena saya tidak ikhlas, tapi karena saya membutuhkannya... agar bisa saya bagikan ilmu dari hasil kerja saya... ilmu yang saya miliki tak besar, dan mungkin jauh lebih rendah dibandingkan teman-teman sayang yang pintar dengan IPK 3,0 diatas atas... saya hanya mahasiswi yang cupu... ^^"
tolong yang memegang, memelihara, memiliki, meminjam, atau apalah sebenarnya niat anda... kembalikan please...
Dian Octarina 08081004023 (biologi 2008)..."
please... saya gantikan dengan apa saja lah...

Selasa, 25 Oktober 2011

Rambut Sisik Durio sp

Diposting oleh Ѽ. PooR pRinZa aPpLe .Ѽ di 15.07.00 0 komentar

HASIL PENGAMATAN JARINGAN

Preparat          : Rambut sisik Durio sp (preparat awetan)
Tujuan             : Melihat rambut sisik

Klasifikasi       
Divisi         : Spermatophyta
Kelas         : Dycotyledonae
Ordo          : Malvales
Famili        : Bombacaceae
Species      : Durio sp

Gambar hasil
a.   Perbesaran 10 x 10


Deskripsi
Pengamatan terhadap sayatan batang melalui duri, tampak bahwa sel epidermis pada Durio sp membentuk duri/rambut sisik. Pada Durio sp jaringan epidermis termodifikasi membentuk lapisan tebal (lapisan kutikula) atau membentuk rambut-rambut. Durio sp memiliki rambut sisik yang memipih dan bersel banyak, ditemukan pada tangkai (sesil). Rambut bersel satu atau banyak dibentuk dari sel epidermis. Struktur yang lebih besar dan padat seperti kulit dan duri yang tersusun oleh jaringan epidermis.

Stomata Halter Daun Zea mays

Diposting oleh Ѽ. PooR pRinZa aPpLe .Ѽ di 07.34.00 2 komentar

HASIL PENGAMATAN PREPARAT


Preparat          : Daun Zea mays, paradermal stomata halter (preparat awetan)
Tujuan             : Melihat modifikasi epidermis daun berupa stomata

Klasifikasi       
Divisi         : Spermatophyta
Kelas         : Monocotyledonae
Ordo         : Poales
Famili        : Poaceae
Species      : Zea mays

Gambar hasil
a.   Perbesaran 10 x 10


b.   Perbesaran 40 x 10


c.   Perbesaran 100 x 10






Deskripsi
Daun Zea mays pada preparat paradermal diamati tipe stomata dengan tipe halter. Pada pengamatan dengan perbesaran 100 x 10, tampak bagian sel inti, sel tetangga, dan sel penutup. Sel penutup stomata Z. mays memanjang dengan bagian ujung membesar dan kecil dibagian tengah yang membuktikan bahwa pada daun Zea Mays terdapat modifikasi epidermis berupa stomata yang berbentuk halter. Dan pada perbesaran 4 x 10 tampak stomata-stomata daun tersusun teratur. Pada daun Z. mays yang memiliki pertulangan daun sejajar, stomatanya tersusun berderet sejajar.  Sel penutup berbentuk seperti halter. Bagian ujungnya membesar dan berdinding tipis. Adanya peningkatan turgor pada sel penutup ini meyebabkan bagian ujung sel membesar sehingga menekan bagian tengah sel yang memanjang. Bagian tengahnya memanjang, berdinding tebal, dan lumen selnya sempit. Karena struktur tersebut, inti sel penutupnya tampak sebagai 2 elips yang dihubungkan dengan sebuah benang sempit.



saya bukan mahasiswi yang pintar
saya cupu, nilai saya jelek...
tulisan ini bukan sesuatu yang besar tapi semoga ini bermanfaat... ^_^
makasih buad dosen tumbuhan saya di UNSRI biologi FMIPA...

pRinZa Facebook

 

PooR pRinZa aPpLe Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting